EFISIENSI KELOMPOK TIANG
1.     
 Kapasitas Dukung Kelompok Tiang 
Fondasi tiang pancang yang umumnya  dipasang secara berkelompok. Yang dimaksud
berkelompok adalah sekumpulan tiang yang dipasang secara relatif  berdekatan dan biasanya diikat menjadi satu
dibagian atasnya dengan menggunakan pile cap. Untuk menghitung nilai kapasitas
dukung kelompok tiang, ada bebarapa hal yang harus diperhatikan terlebih
dahulu, yaitu jumlah tiang dalam satu kelompok, jarak tiang, susunan tiang dan
efisiensi kelompok tiang. Kelompok tiang dapat dilihat pada Gambar berikut ini
. 
Gambar Kelompok tiang  
a. Jumlah Tiang (n) 
  
Untuk menentukan jumlah tiang yang akan dipasang didasarkan beban yang
bekerja pada fondasi dan kapasitas dukung ijin tiang, maka rumus yang dipakai
adalah sebagai berikut ini. 
  n =P/Qa
Dengan : 
 
P   = Beban yang berkerja 
 
Qa = Kapasitas dukung ijin tiang tunggal
b. Jarak Tiang (S) 
  
Jarak antar tiang pancang didalam kelompok tiang sangat mempengruhi
perhitungan kapasitas dukung dari kelompok 
tiang tersebut. Untuk bekerja sebagai kelompok tiang, jarak antar tiang
yang dipakai adalah menurut peraturan – peraturan bangunan pada daerah masing–masing.
Menurut K. Basah Suryolelono (1994), pada prinsipnya jarak tiang (S) makin
rapat, ukuran pile cap makin kecil dan secara tidak langsung biaya lebih murah.
Tetapi bila fondasi memikul beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar yang
berarti menambah atau memperbesar tahanan momen. 
Jarak tiang biasanya dipakai bila: 
1.        
ujung tiang tidak mencapai tanah keras
maka jarak tiang minimum ≥ 2 kali diameter tiang atau 2 kali diagonal tampang
tiang.  
2.        
ujung tiang mencapai tanah keras, maka
jarak tiang minimum  ≥ diameter tiang
ditambah 30 cm atau panjang diagonal tiang ditambah 30 cm. 
c. Susunan Tiang 
  
Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap, yang
secara tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang kurang
teratur atau terlalu lebar, maka luas denah 
pile cap akan bertambah besar dan berakibat volume beton menjadi
bertambah besar sehingga biaya konstruksi membengkak (K. Basah Suryolelono,
1994). 
Gambar dibawah ini adalah  contoh susunan tiang (Hary Christady
Harditatmo, 2003)
Gambar Contoh susunan tiang
(Sumber : Teknik Fondasi 2, Hary
Christady Hardiyatmo)
 d. Efisiensi Kelompok Tiang 
  
Menurut Coduto (1983), efisiensi tiang 
bergantung pada beberapa faktor, yaitu : 
1.        
Jumlah, panjang, diameter, susunan dan
jarak tiang. 
2.        
Model transfer beban (tahanan gesek
terhadap tahanan dukung ujung). 
3.        
Prosedur pelaksanaan pemasangan tiang. 
4.        
Urutan pemasangan tiang 
5.        
Macam tanah. 
6.        
Waktu setelah pemasangan. 
7.        
Interaksi antara pelat penutup tiang
(pile cap) dengan tanah. 
8.        
Arah dari beban yang bekerja. 
Persamaan untuk menghitung efisiensi
kelompok tiang adalah sebagai berikut :
1. 
Conversi – Labarre 
Dengan : 
 Eg = Efisiensi kelompok tiang 
 
θ   =  arc tg d/s, dalam derajat 
 m 
=  Jumlah baris tiang 
 n  
=  Jumlah tiang dalam satu baris 
 d  
=  Diameter tiang 
 s  
=   Jarak pusat ke pusat
tiang    36
Gambar Baris kelompok tiang
2. 
Los Angeles Group – Action Formula 
Dengan : 
 
m  = Jumlah baris tiang (gambar
3.12) 
 
n   =  Jumlah tiang dalam satu baris 
 
d   =  Diameter tiang 
 
s   =   Jarak pusat ke pusat tiang 
e. Kapasitas Dukung Kelompok Tiang Pada
Tanah Pasir 
   Pada fondasi tiang pancang, tahanan gesek
maupun tahanan ujung dengan s ≥ 3d, maka kapasitas dukung kelompok tiang
diambil sama besarnya dengan jumlah kapasitas dukung tiang tunggal (Eg = 1).
Dengan memakai rumus berikut : 
Sedangkan pada fondasi tiang pancang,
tahanan gesek dengan s < 3d maka faktor efisiensi ikut menentukan. 
Dengan : 
 
Qg = Beban maksimum kelompok tiang 
 
n   =  Jumlah tiang dalam kelompok 
 
Qa = Kapasitas dukung ijin tiang 
 
Eg  = Efisiensi kelompok tiang 
f. Kapasitas Dukung Kelompok Tiang Pada
Tanah Lempung 
  
Kapasitas dukung kelompok tiang pada tanah lempung dihitung dengan
menggunakan rumus berikut, (Sumber : Braja M Das). 
1. Jumlah total kapasitas kelompok tiang
   ∑Qu = m . n . (Qp + Qs) 
         
= m . n . (9 . Ap . Cu + ∑p . ∆L . α . Cu) 
2. Kapasitas berdasarkan blok (Lg, Bg,
LD) 
  
∑Qu = Lg . Bg . Nc’ . Cu + ∑2 . (Lg + Bg) . Cu . ∆L 
Dengan : 
 
Lg = Panjang blok (Gambar 3.12) 
 
Bg = Lebar blok (Gambar 3.12) 
 
LD = Tinggi blok (Gambar 3.12) 
  
∆L = Panjang segment tiang   38
 
Dari kedua rumus tersebut, niali terkecil yang dipakai. Kelompok tiang
dalam tanah lempung yang bekerja sebagai blok dapat dilihat pada gambar 3.12
berikut :
(Sumber : Teknik Fondasi 2, Hary
Christady Hardiyatmo)
1.     
Penurunan Fondasi Kelompok
Tiang 
1. Tanah Pasir 
  
Beberapa metode dari penelitian dapat digunakan untuk menghitung penurunan
fondasi kelompok tiang antara lain, yaitu : 
 a. Metode Vesic ( 1977)
 
S  = Penurunan fondasi tiang
tunggal 
 
Sg = Penurunan fondasi kelompok tiang 
 
Bg = Lebar kelompok tiang 
 
d  = Diameter tiang tungal 
 
b. Metode Meyerhoff (1976) 
 
1. Berdasarkan N – SPT  
Dengan :
  q   = Tekanan pada dasar fondasi 
 
Bg = Lebar kelompok tiang 
N 
= Harga rata – rata N – SPT pada kedalaman ± Bg dibawah ujung fondasi
tiang 
 
2. Berdasarkan CPT
Dengan :
 
Bg = Lebar kelompok tiang   44
 
qc = Nilai konus pada rata – rata kedalaman Bg 
2. Tanah Lempung 
 
Penurunan fondasi yang terletak pada tanah lempung dapat dibagi menjadi tiga
komponen, yaitu : penurunan segera 
(immediate settlement), penurunan konsolidasi primer dan penurunan
konsolidasi sekunder. Penurunan total adalah jumlah dari ketiga komponen
tersebut dan dinyatakan dalam rumus berikut : 
  
S = Si + Sc + Ss  
Dengan : 
 
S = Penurunan total 
 
Si = Penurunan segera 
 
Sc = Penurunan konsolidasi primer 
 
Ss = Penurunan konsolidasi sekunder 
 a. PenurunaN segera 
 
Penuruna segera adalah penurunan yang dihasilkan oleh distorsi massa
tanah yang tertekan dan terjadi pada volume konstan. Menurur  Janbu, Bjerrum dan Kjaemsli (1956) dirumuskan
sebagai berikut :
Dengan : 
  
Si        = Penurunan segera 
  
q         = Tekanan netto fondasi
(P/A)
  
B        = Lebar tiang pancang
kelompok 
  
E        = Modulus elastis 
   µi       =
Faktor koreksi untuk lapisan tanah dengan tebal terbatas H 
  
µo      = Faktor koreksi untuk
kedalaman fondasi Df
Gambar Grafik faktor koreksi
(Janbu, Bjerrum dan Kjaemsli (1956)
 b. Penurunan Konsolidasi Primer 
  Penurunan konsolidasi primer adalah 
penurunan yang terjadi sebagai hasil dari pengurangan volume tanah  akibat aliran air meninggalkan zona tertekan
yang diikuti oleh pengurangan kelebihan tekanan air pori. Rumus yang dipakai
untuk menghitung penurunan konsolidasi primer yaitu sebagai berikut :
Dengan : 
   
∆e = Perubahan angka pori 
  
eo  = Angka pori awal 
  
e1 = Angka pori saat berakhirnya konsolidasi 
  
H  = Tebal lapisan tanah yang
ditinjau.
 c. 
Penurunan Konsolidasi Sekunder 
 
Penurunan konsolidasi sekunder adalah 
penurunan yang tergantung dari waktu, namun berlangsung pada waktu
setelah konsolidasi primer selesai yang tegangan efektif akibat bebannya telah
konstan. Besar penurunannya merupakan fungsi waktu (t) dan kemiringan kurva
indeks pemampatan sekunder (Cα). Rumus kemiringan Cα adalah sebagai berikut :
Dengan : 
  
Ss  = Penurunan konsolidasi
sekunder 
  
H  = Tebal benda uji awal atau
tebal lapisan lempung 
  
ep  = Angka pori saat akhir
konsolidasi primer 
  
t2   =  t1 + ∆t 
  
t1   = Saat waktu setelah
konsolidasi primer berhenti
1.     
Pembebanan Pada Fondasi
Kelompok Tiang Pancang 
3.1 Beban Vertikal Sentris 
  
Beban ini merupakan beban (V) per satuan panjang yang bekerja melalui
pusat berat kelompok tiang (O), sehingga beban (V) akan diteruskan ke tanah
dasar fondasi melalui  pile cap dan tiang
– tiang tersebut secara terbagi rata. Bila jumlah tiang yang mendukung fondasi
tersebut (n) maka setiap tiang akan menerima beban sebesar :
Gaya luar yang bekerja pada kepala tiang
(kolom) didistribusikan pada  pile
cap  dan kelompok tiang fondasi
berdasarkan rumus elastisitas dengan menganggap bahwa pile cap kaku sempurna
(pelat fondasi cukup tebal), sehingga pengaruh gaya yang bekerja tidak menyebabkan
pile cap melengkung atau deformasi. Maka rumus yang dipakai adalah sebagai
berikut :
 
Mx, My   = Momen masing – masing
di sumbu X dan Y 
 
x, y         = Jarak dari sumbu x
dan y ke tiang 
  
∑x2, ∑y2 = Momen inercia dari kelompok tiang 
 
V            = Jumlah beban
vertikal 
 
n             = Jumlah tiang
kelompok 
  P           
= Reaksi tiang atau beban axial tiang 

























Saya mau membangun rumah 2 lantai (rumah dan kost) di areal bergambut 3-4 meter (Pontianak) dengan luas tanah 440 M2 dan tanah untuk bangunan beton 20x15 meter . Rencana saya menggunakan pancang tunggal dengan spesifikasi pabrikan 25x25 panjang 6 m dengan perkiraan total dalam/panjang pancang 24 meter (Sampai pemancangan maksimum atau kepala beton pecah) dengan jarak antar titik pancang 5x5 meter (jumlah titik pancang 20 titik).
ReplyDeleteApakah dengan menggunakan 1 titik pancang (tidak berkelompok) tersebut mampu menahan beban bangunan diatasnya? (Info Bangunan permanen beton batako)
Maaf mau numpang tanya, perhitungan jarak tiang pada kelompok tiang itu kan pertama ngitung dulu jarak minimum yah yg 2,5 dikali diameter itu. Setelah itu kita lihat gambar desain bangunan atas lebar pile cap disamakan dengan lebar bangunan atasnya. Jika kasusnya jembatan, berarti lebar pile cap sudah diketahui dan jumlah tiang juga sudah dihitung, maka kita sudah bisa mengetahui lebar pile cap untuk bagian kiri dan kanan jembatan. Jadi jarak tiang yang kita gunakan itu jarak tiang minimum atau jarak tiang yang menyesuaikan dengan lebar pile cap yang ada? Mohon bantuannya. Terimakasih..
ReplyDeletebagaimana menentukan jarak tiang jika bangunan pondasi atau pilecap circular?tks pak.
ReplyDeleteKenapa nilai efesiensi yang kecil yg di ambil untuk penentuan daya dukung kelompok ?
ReplyDeleteMisi abang2 sekalian ada ugm punya softcopy analisis dan perancangan fondasi jilid 2 , Harry C Hardiyatmo? Terima kasih email: dyudho27@gmail.com
ReplyDelete