Waktu

Wednesday, July 4, 2012

. Model Spatial Klasik (Struktur Ruang) Sebuah Kota Bag 2


 
.   Model Spatial Klasik (Struktur Ruang) Sebuah Kota bag 2
e.Teori Poros
           Pada dasarnya pandangan ini menekankan peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur keruangan kota. Daerah yang dilalui transportasi akan mempunyai perkembangan fisik yang berbeda dengan daerah-daerah di antara jalur-jalur transportasi ini. Akibat keruangan yang timbul adalah suatu bentuk persebaran keruangan yang disebut star-shaped pattern/octopus-like pattern.
 
  Gambar 4: Model Teori Poros
           Untuk lokasi L dan M akan mempunyai tipe penggunaan yang sama walau jarak ke CBD berlainan, namun dalam hal time cost  yang sama. Lokasi L walau jaraknya lebih jauh dari M ke CBD, hanya memerlukan time cost yang sama dengan lokasi M karena ditunjang oleh fasilitas transportasi. Sementara itu, lokasi M juga memerlukan time cost yang sama dengan lokasi L walau jaraknya lebih dekat dengan CBD, karena fasilitas transportasinya minimal (Hadi Sabari Yunus , 2010).

f. Teori Pusat Kegiatan Banyak
      Kebanyakan kota-kota besar tidak tumbuh dalam dalam ekspresi ke ruangan yang sederhana., yang hanya ditandai oleh satu pusat kegiatan saja, namun terbentuk sebagai suatu produk perkembangan dan integrasi yang berlanjut terus-menerus dari sejumlah pusat-pusat kegiatan yang terpisah satu sama lain dalam sistem perkotaan.
     Faktor-faktor penyebab aglomerasi/disaglomerasi fungsi terdiri dari 4 faktor:
1.   Fasilitas-fasilitas yang khusus tertentu
2.   Faktor ekonomi eksternal   
3.   Faktor saling merugikan antar fungsi yang tidak serupa
4.   Faktor kemampuan ekonomi fungsi yang berbeda
           Deskripsi anatomis teori pusat kegiatan banyak terbagi atas 9 zona yaitu:
1.   Central Business District
Pusat kota yang menampung sebagian besarkegiatan kota. Zona ini merupakan pusat fasilitas transportasi dandi dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan.

2.   Wholesale Light Manufacturing
Oleh karena keberadaan fungsi sangat membutuhkan jasa angkutan besar maka fungsi ini banyak mengelompokkan sepanjang jalan kereta api dan dekat dengan CBD.

3.   Daerah Permukiman Klas Rendah
Dalam hal ini ada persaingan mendapatkan lokasi yang nyaman antara golongan berpenghasilan tinggi dengan golongan berpengalaman rendah. Zona ini mencerminkan daerah yang kurang baik untuk permukiman sehingga penghuninya umumnya dari golongan rendahdan permukimannya juga relative lebih jelek dari zona 4. Zona ini dekat dengan pabrik-pabrik, jalan kereta api dan drainasenya jelek.

4.   Daerah Permukiman Klas Menengah
Penduduk yang tinggal di sini pada umunya mempunyai penghasilan yang lebih tinggi dari penduduk zona 3.

5.   Daerah Pemukiman Klas Tinggi
Lingkungan alam menjanjikan menjanjikan kehidupan yang tenteram, aman, sehat dan menyenangkan. Hanya golongan penduduk berpenghasilan tinggi yang mampu memiliki lahan dan rumah di sini.jauh dari industri berat nemun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di dekatnya dibangun business district baru.

6.   Heavy Manufacturing
Zona ini merupakan konsentrasi pabrik-pabrik besar. Berdekatan dengan zona ini biasanya mengalami berbagai permasalahan lingkungan seperti pencemaran, kebisingan,kesemrawutan lalu-lintas dan sebagainya, namun di daerah ini terdapat berbagai lapangan kerja yang banyak.
 
7.   Business District Lainnnya
Zona ini muncul untuk memenuhi kebutuhan penduduk zona 4 dan 5 dan sekaligus akan menarik fungsi-fungsi lain untuk berada di dekatnya.

8.   Zona Tempat Tinggal di Daerah Pinggiran
Penduduk di sini sebagian besar bekerja di pusat-pusat kota dan zona ini semata-mata digunakan untuk tempat tinggal.

9.   Zona Industri di Daerah Pinggiran
Walaupun terletak di daerah pinggiran zona ini dijangkau jalur trasportasi yang memadai (Hadi Sabari Yunus , 2010).

g. Teori Ukuran Kota
           Pada kota-kota kecil belum ada diferensiasi penggunaan lahan, pada klas tersebut zona lingkaran permukiman telah tampak mengelilingi daerah inti yang masih bercampur-baur, tetapi sebagian besar non residential. Pada klas berikutnya ditandai oleh kristalisasi kegiatan retailing pada daerah inti dan mulai terjandi invasi ke lingkaran permukiman dan seterusnya (Hadi Sabari Yunus , 2010).

h. Teori Historis
Perubahan tempat tinggal ini menunjukkan karakteristik yang menarik dikaitkan dengan agein structures, squent occupancy, population growth and available land dan zona-zona konsentris pada suatu kota (Hadi Sabari Yunus , 2010). 
 
Gambar 5: Model Teori Historis

i. Teori Struktural
           Ditekankan pada mobilitas tempat tinggal yang dikaitkan dengan tastes, freference dan life style pada suatu kota, seperti halnya pendekatan historis di atas. Zona transisi yang mengalami deteriosasi lingkungan yang cukup parah karena adanya invassi dan infiltrasi fungsi-fungsi dari zona 1(Hadi Sabari Yunus , 2010).
 Gambar 6: Model Teori Struktural

No comments:

Post a Comment

Entri Populer

berbagi 4 SHARED

sport.detik

lintas.me - Terpopular

Tribunnews - RSS

Bola.net

Goal.com News - Indonesian

Beritabola.com

Viva News