. Model Spatial Klasik (Struktur Ruang) Sebuah
Kota bag 2
e.Teori Poros
Pada dasarnya pandangan ini
menekankan peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur keruangan kota.
Daerah yang dilalui transportasi akan mempunyai perkembangan fisik yang berbeda
dengan daerah-daerah di antara jalur-jalur transportasi ini. Akibat keruangan
yang timbul adalah suatu bentuk persebaran keruangan yang disebut star-shaped pattern/octopus-like pattern.
Gambar 4: Model Teori Poros
Untuk lokasi L dan M akan mempunyai
tipe penggunaan yang sama walau jarak ke CBD berlainan, namun dalam hal time cost yang sama. Lokasi L walau jaraknya lebih jauh
dari M ke CBD, hanya memerlukan time cost
yang sama dengan lokasi M karena ditunjang oleh fasilitas transportasi.
Sementara itu, lokasi M juga memerlukan time
cost yang sama dengan lokasi L walau jaraknya lebih dekat dengan CBD,
karena fasilitas transportasinya minimal (Hadi Sabari Yunus , 2010).
f. Teori Pusat Kegiatan Banyak
Kebanyakan kota-kota besar tidak tumbuh
dalam dalam ekspresi ke ruangan yang sederhana., yang hanya ditandai oleh satu
pusat kegiatan saja, namun terbentuk sebagai suatu produk perkembangan dan
integrasi yang berlanjut terus-menerus dari sejumlah pusat-pusat kegiatan yang
terpisah satu sama lain dalam sistem perkotaan.
Faktor-faktor penyebab aglomerasi/disaglomerasi fungsi terdiri dari 4 faktor:
1. Fasilitas-fasilitas
yang khusus tertentu
2. Faktor
ekonomi eksternal
3. Faktor
saling merugikan antar fungsi yang tidak serupa
4. Faktor
kemampuan ekonomi fungsi yang berbeda
Deskripsi anatomis teori pusat
kegiatan banyak terbagi atas 9 zona yaitu:
1.
Central
Business District
Pusat
kota yang menampung sebagian besarkegiatan kota. Zona ini merupakan pusat
fasilitas transportasi dandi dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan.
2.
Wholesale
Light Manufacturing
Oleh
karena keberadaan fungsi sangat membutuhkan jasa angkutan besar maka fungsi ini
banyak mengelompokkan sepanjang jalan kereta api dan dekat dengan CBD.
3. Daerah
Permukiman Klas Rendah
Dalam
hal ini ada persaingan mendapatkan lokasi yang nyaman antara golongan
berpenghasilan tinggi dengan golongan berpengalaman rendah. Zona ini
mencerminkan daerah yang kurang baik untuk permukiman sehingga penghuninya
umumnya dari golongan rendahdan permukimannya juga relative lebih jelek dari
zona 4. Zona ini dekat dengan pabrik-pabrik, jalan kereta api dan drainasenya
jelek.
4. Daerah
Permukiman Klas Menengah
Penduduk
yang tinggal di sini pada umunya mempunyai penghasilan yang lebih tinggi dari
penduduk zona 3.
5. Daerah
Pemukiman Klas Tinggi
Lingkungan
alam menjanjikan menjanjikan kehidupan yang tenteram, aman, sehat dan
menyenangkan. Hanya golongan penduduk berpenghasilan tinggi yang mampu memiliki
lahan dan rumah di sini.jauh dari industri berat nemun untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari di dekatnya dibangun business
district baru.
6.
Heavy
Manufacturing
Zona
ini merupakan konsentrasi pabrik-pabrik besar. Berdekatan dengan zona ini
biasanya mengalami berbagai permasalahan lingkungan seperti pencemaran,
kebisingan,kesemrawutan lalu-lintas dan sebagainya, namun di daerah ini
terdapat berbagai lapangan kerja yang banyak.
7. Business District
Lainnnya
Zona
ini muncul untuk memenuhi kebutuhan penduduk zona 4 dan 5 dan sekaligus akan
menarik fungsi-fungsi lain untuk berada di dekatnya.
8. Zona
Tempat Tinggal di Daerah Pinggiran
Penduduk
di sini sebagian besar bekerja di pusat-pusat kota dan zona ini semata-mata
digunakan untuk tempat tinggal.
9. Zona
Industri di Daerah Pinggiran
Walaupun
terletak di daerah pinggiran zona ini dijangkau jalur trasportasi yang memadai (Hadi
Sabari Yunus , 2010).
g. Teori Ukuran Kota
Pada kota-kota kecil belum ada
diferensiasi penggunaan lahan, pada klas tersebut zona lingkaran permukiman
telah tampak mengelilingi daerah inti yang masih bercampur-baur, tetapi
sebagian besar non residential. Pada klas berikutnya ditandai oleh kristalisasi
kegiatan retailing pada daerah inti dan mulai terjandi invasi ke lingkaran
permukiman dan seterusnya (Hadi Sabari Yunus , 2010).
h. Teori Historis
Perubahan
tempat tinggal ini menunjukkan karakteristik yang menarik dikaitkan dengan agein structures, squent occupancy,
population growth and available land dan zona-zona konsentris pada suatu
kota (Hadi Sabari Yunus , 2010).
Gambar
5: Model Teori Historis
i. Teori Struktural
Ditekankan pada mobilitas tempat
tinggal yang dikaitkan dengan tastes,
freference dan life style pada suatu kota, seperti halnya pendekatan
historis di atas. Zona transisi yang mengalami deteriosasi lingkungan yang cukup parah karena adanya invassi dan
infiltrasi fungsi-fungsi dari zona 1(Hadi Sabari Yunus , 2010).
Gambar 6: Model Teori
Struktural
No comments:
Post a Comment