1.
Pemeriksaan terhadap beton
Adapun beberapa jenis
pemeriksaan terhadap beton yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pengujian slump beton.
Pengujian
ini bertujuan untuk dapat menentukan kekentalan adukan beton serta membuktikan
hasil penentuan slump beton dalam pembuatan rancangan adukan beton, sehingga
jika tidak ada kesesuain dengan kenyataan yang sebenarnya maka kadar air bebas
dengan segera dapat diubah sesuai dengan slump yang diijinkan.
Dalam
pemeriksaan slump beton biasanya akan didapat 3 jenis slump, yaitu slump sejati
(murni), slump geser, dan slump runtuh. Slump sejati dijumpai pada beton yang
kohesi.
Slump runtuh
biasanya terjadi karena betonnya sangat encer, pada umumnya menunjukkan beton
yang mutunya jelek dan sering sekali terjadi akibat segresi dari dari bahan –
bahan campurannya. Jika nilai slump yang kita dapatkan sesuai dengan nilai
slump rencana maka beton tersebut dapat dikerjakan dengan mudah.
Kekentalan
campuran beton sangat mempengaruhi mutu bangunan yang akan dibuat. Artinya
kelebihan air pada campuran dapat mengakibatkan bleeding, sedangkan bila
kekurangan air pada campuran dapat mengakibatkan segresi.
Kekentalan
campuran beton yang menyimpang dari rencana masih diperkenankan dengan syarat :
•
Beton dapat dikerjakan dengan baik.
•
Tidak terjadi pemisahan adukan.
Agar adukan
mudah dikerjakan, maka diperlukan penambahan air tetapi tidak perlu banyak
sesuai dengan jumlah semen minimum dan nilai FAS.
Untuk
mencegah penggunaan adukan beton yang terlalu encer atau kental, dianjurkan
untuk menggunakan nilai – nilai slump seperti pada tabel dibawah ini :
Uraian
|
Slump
(cm)
|
|
Maximum
|
Minimum
|
|
• Dinding plat pondasi dan
pondasi telapak bertulang.
• Pondasi telapak tidak
bertulang, konstruksi dibawah tanah.
• Plat, balok, kolom dan
dinding.
• Pengerasan jalan.
• Pembetonan massal.
|
12,5
9,0
15,0
7,5
7,5
|
5,0
2,5
7,5
5,0
2,5
|
b.
Pengujian
kuat tekan beton dengan menggunakan mesin penekan dan hammer test.
Tujuan
pengujian ini adalah untuk dapat membuat beton sesuai dengan rancangan beton
yang diinginkan.
Kuat tekan
beton akan menentukan beban yang akan dapat dipikul oleh beton tersebut. Dalam
perencanaan kuat tekan beton diuji dengan mesin kuat tekan. Untuk memeriksa
kuat tekan beton yang sudah menjadi struktur, dapat dilakukan Hammer test. Pada
dasarnya semakin beton dirawat atau direndam, semakin besar kuat tekannya.
Namun hal ini bisa menyimpang karena :
•
Faktor kering permukaan.
Jika beton
belum kering ketika diuji maka akan memberikan kuat tekan yang lebih rendah
dibandingkan jika sudah kering.
•
Faktor pemadatan.
Semakin
padat beton, maka akan semakin tinggi kekuatannya terhadap gaya tekan.
•
Faktor kecepatan mesin penekan.
Beton yang
ditekan dengan kecepatan rendah akan menerima beban yang lebih terbagi dan
merata daripada beton yang ditekan dengan kecepatan yang tinggi.
•
Faktor bentuk.
Jika beton
tidak siku, permukaan kontak beton dengan plat pada mesin penekan tidak rata,
maka kuat tekan yang terbaca akan lebih kecil dari yang sebenarnya.
Selama masa
pelaksanaan, mutu beton dan mutu pelaksanaan diperiksa secara kontinu. Pada
pekerjaan beton lebih dari 60 m3 harus dibuat setiap 5 m3
campuran, 1 buah benda uji dengan minimal 1 benda uji setiap hari, kecuali pada
permulaan dari pelaksanaan, dimana frekwensi pembuatan benda uji harus lebih
besar, agar dalam waktu sesingkat-singkatnya terkumpul 20 buah benda uji. Untuk
mencapai hal itu setiap 3 m3 beton harus dibuat 1 benda uji. Setelah
terkumpul 20 buah benda uji, pada ujur 28 hari diadakan pengujian, maka
kekuatan karakteristik yang disyaratkan harus terpenuhi yaitu sesuai dengan
rumus :
σ
bk = σ bm – 1,64 . sd
dimana :
σ bk = kuat tekan
beton karakteristik
σ bm = kuat tekan
beton rata-rata
sd = standart deviasi
Hasil pemeriksaan
20 benda uji pertama ini harus dipakai sebagai dasar untuk pertimbangan, apakah
perlu diadakan perubahan dalam campuran beton, cara pelaksanaan atau dalam
standar deviasi rencana (sr).
Kekuatan tekan
beton dapat didefenisikan sebagai kekuatan tekan karakteristik beton yang
diperoleh dari hasil perhitungan statistik atau hasil pengujian laboratorium
terhadap sekurang-kurangnya 20 buah benda uji berbentuk kubus 15 x 15 x 15 cm dan dengan umur sewaktu
pengujian laboratorium adalah 28 hari.
Kekuatan
karakteristik beton yang disimbolkan dengan rotasi K yaitu diikuti dengan angka
yang menunjukkan kelas mutu beton tersebut.
Contoh :
K 225 artinya mutu
beton atau kuat tekan karakteristik sebesar 225 kg/cm2.
Benda
Uji Beton
Dalam prakteknya,
pembuatan benda uji tidak hanya dengan bentuk kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm,
dapat juga benda-benda uji tersebut dibuat dalam bentuk kubus ukuran 20 x 20 x
20 cm ataupun silinder dengan ukuran Ø 15 cm dan tinggi 30 cm. Di Indonesia
sering dipakai kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm pada umur 28 hari.
Kalau kita
menggunakan kubus 20 x 20 x 20 cm atau silinder Ø 15 cm, tinggi 30 cm harus
dikonversikan dulu ke kubus 15 x 15 x 15 cm yaitu dengan faktor-faktor seperti
di bawah ini :
Benda
Uji
|
Faktor
Konversi
|
Kubus 15 x 15 x 15 cm
Kubus 20 x 20 x 20 cm
Silinder Ø 15, tinggi 30 cm
|
1,0
0,95
0,83
|
Kuat tekan beton
adalah kuat tekan yang disyaratkan dengan notasi fc’ satuannya MPa, yaitu
didasarkan pada hasil pengujian benda uji silinder yang dibuat dengan Ø 15 cm
tinggi 30 cm dan diuji.
Notasi :
Fc’ = kuat
tekan beton yang disyaratkan, Mpa
Fck = kuat tekan beton yang didapat dari uji
tekan benda uji kubus bersisi 15
cm, Mpa
Fcr = kuat tekan rata-rata yang ditargetkan
Rumus : Fcr = Fc’ + k.sd atau
Fcr = Fc’ + 1,64. sd
c. Pengujian bobot isi
beton.
Tujuan
pengujian ini adalah untuk memeriksa perbandingan volume beton yang
dilaksanakan dari pengadukan dengan
volume beton berdasarkan perencanaan.
Pemeriksaan
volume ini erat hubungannya dengan rencana biaya yang tersedia dalam membuat
suatu konstruksi yang dikehendaki.
Apabila
volume beton yang diuji sama dengan volume perencanaan, maka pada pengadukan
selanjutnya dapat dilakukan dengan berpedoman pada perbandingan bahan – bahan
pengadukan yang pertama. Tetapi bila berbeda pada pelaksanaannya, maka
kebutuhan bahan harus dikoreksi dengan nilai perbandingan antara bobot isi
pemeriksaan
dengan bobot isi perencanaan.
d. Pengujian waktu
pengikatan beton dengan cara penetrasi.
Tujuan
pengujian ini adalah untuk menentukan pengikatan awal dan pengikatan akhir dari
beton yang dikerjakan.
Pengujian
waktu pengikatan beton dilakukan karena beton mempunyai pengaruh terhadap
pengerjaan beton dilapangan, sehingga dalam pengerjaan beton dilapangan kita
dapat memeperhitungkan waktu pengerjaannya agar pekerjaan beton dapat selesai
dilaksanakan sebelum pengikatan akhir dari beton tersebut.
Jika waktu
pengikatan beton terlalu cepat, maka beton tersebut akan sulit mengerjakannya
karena pengerasannya terlalu cepat. Dan jika pengikatan beton terlalu lama,
maka beton tersebut tidak memenuhi syarat yang direncanakan, untuk itu perlu
diberi bahan tambahan (admixture).
e. Pengujian kandungan
udara dalam beton.
Tujuan
pengujian ini adalah untuk mengetahui kadar udara yang dikandung beton yang
diinginkan sebagai bahan bangunan.
Kandungan
udara beton memepengaruhi kekuatan beton dan kecepatan pembekuan dari beton
tersebut. Banyaknya kandungan udara yang diperlukan tergantung dari penggunaan
beton yang dikehendaki, sehingga dengan pemeriksaan dapat kita ketahui apakah
udara yang terkandung dalam beton masih dalam batas – batas persyaratanyang
diizinkan. Bila beton tersebut memiliki kandungan udara yang melebihi batas
persyaratan, maka kekuatan beton akan berkurang karena terdapat banyak rongga
tetapi mudah dalam pengerjaannya.
Persyaratan
kandungan udara pada beton adalah sebagai berikut :
•
Melebihi 6,5 %, maka kekuatan beton tersebut berkurang,
karena banyak terdapat rongga.
•
Kurang dari 3 %, maka akan menambah fraksi antara agregat
sehingga dalam proses pemadatan akan sulit dilaksanakan.
No comments:
Post a Comment